Puasa Air dan Puasa Benih

Foto dokumen _ Muhammad Arif Luthfi
Foto dokumen _ Muhammad Arif Luthfi

 

Cyber Pesantren | Puasa merupakan sebuah proses yang tidak hanya berkaitan dengan menahan lapar dan haus, tetapi juga bisa menjadi simbol dari perubahan dan pertumbuhan. Dalam kehidupan, ada dua bentuk puasa yang dapat dijadikan pelajaran, yaitu puasa air dan puasa benih.

Bacaan Lainnya

Puasa air menggambarkan kondisi yang stagnan, di mana setelah masa kering berakhir, segalanya kembali seperti semula. Sementara itu, puasa benih melambangkan perubahan besar, di mana setelah melewati masa penantian, ia tumbuh menjadi sesuatu yang lebih baik dan bermanfaat.

 

Puasa Air

Air adalah elemen yang sangat penting bagi kehidupan. Namun, dalam kondisi tertentu, air bisa mengalami “puasa,” seperti saat musim kemarau yang panjang.

Mata air yang biasanya mengalir deras mulai mengering, sungai-sungai surut, dan tanah menjadi retak. Namun, setelah kemarau berakhir dan hujan mulai turun, air kembali mengalir seperti sedia kala.

Baca Juga: Puasa Ular dan Puasa Ulat

Meskipun air mengalami “puasa,” ia tetap sama. Sifatnya tetap cair, bentuknya tetap seperti semula, dan fungsinya tetap tidak berubah. Ia masih mengalir, masih mengisi sungai dan danau, dan tetap mengikuti siklus yang sama. Tidak ada perubahan mendasar yang terjadi setelah “puasanya” berakhir.

 

Pelajaran dari Puasa Air:

  1. Wujud air sebelum dan sesudah puasa tetap sama. Air yang mengering selama kemarau tetap memiliki bentuk yang sama ketika kembali mengalir. Tidak ada perubahan struktural dalam zatnya.
  2. Nama air sebelum dan sesudah puasa tetap air. Meskipun mengalami kekeringan sementara, air tetap disebut air tanpa perubahan istilah atau makna.
  3. Perannya dalam kehidupan tetap sama. Air tetap memiliki fungsi utama dalam kehidupan, seperti menyuburkan tanah, menjadi sumber kehidupan bagi makhluk hidup, dan menjaga keseimbangan ekosistem.
  4. Cara bergeraknya tetap mengikuti aliran dan gravitasi. Air selalu mengikuti jalur alami seperti sungai dan gravitasi, baik sebelum maupun setelah kekeringan.
  5. Tidak ada perubahan signifikan setelah kemarau berakhir. Setelah kemarau berlalu, air kembali mengalir seperti biasa tanpa mengalami transformasi berarti.

 

Puasa Benih

Benih adalah cikal bakal kehidupan. Sebelum tumbuh menjadi tanaman, benih harus mengalami “puasa” terlebih dahulu. Ia terkubur dalam tanah, menghindari sinar matahari, dan menahan diri untuk tidak tumbuh sebelum waktunya tiba.

Namun, benih tidak sekadar berdiam diri. Ia mengalami proses perubahan besar. Dalam diamnya, ia mulai menyerap nutrisi, membentuk akar, dan bersiap untuk tumbuh menjadi tunas yang baru.

Ketika waktunya tiba, benih itu tidak lagi sama. Ia bukan hanya sekadar biji kecil yang terkubur di dalam tanah, tetapi telah berubah menjadi tanaman yang memberikan manfaat bagi makhluk lain.

Dari satu benih kecil, ia bisa tumbuh menjadi pohon rindang yang memberikan keteduhan dan menghasilkan buah yang berguna bagi kehidupan.

 

Pelajaran dari Puasa Benih:

  1. Wujud benih sebelum dan sesudah puasa berubah drastis. Sebelum puasa, benih hanyalah benda kecil yang tampak tidak aktif. Setelah puasa, ia tumbuh menjadi tanaman yang berbeda secara bentuk dan ukuran.
  2. Namanya berubah dari benih menjadi pohon atau tanaman. Setelah mengalami proses pertumbuhan, benih bukan lagi disebut sebagai benih, melainkan sebagai tanaman atau pohon yang berkembang.
  3. Dari benda mati yang diam menjadi makhluk hidup yang berkembang. Awalnya benih tampak tidak bernyawa, tetapi setelah mengalami pertumbuhan, ia menjadi makhluk hidup yang tumbuh dan berkembang.
  4. Dari sekadar tertanam di tanah menjadi sesuatu yang tumbuh tinggi ke langit. Benih yang dulunya terkubur dalam tanah kini menjulang tinggi menjadi pohon atau tanaman yang berkembang ke arah cahaya matahari.
  5. Tabiatnya berubah dari hanya menyerap nutrisi menjadi memberi manfaat bagi lingkungan sekitar. Setelah tumbuh, tanaman tidak hanya mengambil nutrisi dari tanah, tetapi juga memberikan oksigen, keteduhan, dan hasil panen yang bermanfaat bagi makhluk lain.

 

Kesimpulan

Puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi harus menjadi sarana perubahan. Jika kita berpuasa seperti air yang hanya mengering dan kembali mengalir tanpa perubahan berarti, maka puasa itu tidak membawa manfaat sejati.

Tetapi jika kita berpuasa seperti benih yang mengalami transformasi dan tumbuh menjadi sesuatu yang lebih baik, maka puasa kita akan memberikan dampak yang besar dalam kehidupan.

Semoga kita bisa menjalani puasa seperti benih, sehingga setelah Ramadan berlalu, kita tidak kembali menjadi pribadi yang sama, melainkan menjadi pribadi yang lebih baik, lebih bermanfaat, dan lebih dekat dengan Allah. []

 

|

Artikel ini ditulis oleh: Muhammad Arif Luthfi, M.Pd. Ketua Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan

Loading

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar