Puasa Ular dan Puasa Ulat

Muhammad Arif Luthfi
Muhammad Arif Luthfi

 

Cyber Pesantren | Puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menjadi sarana perubahan diri menuju kebaikan. Namun, tidak semua orang mengalami perubahan setelah berpuasa—ada yang tetap sama seperti sebelumnya, dan ada yang benar-benar bertransformasi menjadi lebih baik.

Bacaan Lainnya

Hal ini bisa kita ibaratkan seperti puasa ular dan puasa ulat. Ular yang berpuasa untuk mengganti kulitnya tetaplah ular dengan sifat dan kebiasaan yang sama, sementara ulat yang berpuasa dalam kepompong keluar sebagai kupu-kupu yang indah dan membawa manfaat. Dari dua perumpamaan ini, kita bisa belajar bahwa hakikat puasa seharusnya membawa perubahan positif dalam diri, bukan sekadar menjalankan ritual tanpa makna.

 

Puasa Ular

Ular adalah di antara hewan melata dalam siklus hidupnya harus mengganti kulitnya secara berkala agar bisa terus tumbuh dan bertahan hidup. Namun, sebelum bisa mengganti kulitnya, ular harus berpuasa terlebih dahulu. Ia berhenti makan dalam kurun waktu tertentu hingga kulit lamanya terlepas dan muncul kulit yang baru.

Baca Juga: Puasa Air dan Puasa Benih

Meskipun ular sering berpuasa dan berganti kulit, yang aneh adalah ia tetaplah ular yang sama tidak berubah sama sekali. Tidak ada perubahan berarti dalam hidupnya, selain berganti kulit baru yang menggantikan kulit yang lama. Tabiatnya tetap ganas, makanannya tetap hewan-hewan kecil, dan cara hidupnya tetap seperti sebelumnya.

 

Pelajaran dari Puasa Ular

  1. Wajah ular sebelum dan sesudah puasa tetap sama. Meskipun ular mengganti kulitnya setelah berpuasa, tidak ada perubahan pada bentuk atau ekspresi wajahnya. Ia tetap terlihat sama seperti sebelumnya. Ini menggambarkan seseorang yang menjalani puasa, tetapi setelahnya tidak ada perubahan dalam karakter atau perilakunya.
  2. Nama ular sebelum dan sesudah puasa tetap sama, yaitu ular. Tidak peduli seberapa sering ular berganti kulit, ia tetap disebut sebagai ular. Ini melambangkan orang yang menjalani ibadah puasa, tetapi setelah Ramadhan berlalu, ia tetap memiliki kebiasaan lama dan tidak ada peningkatan dalam spiritualitas atau akhlaknya.
  3. Makanan ular sebelum dan sesudah puasa tetap sama. Ular tetap memangsa hewan-hewan kecil baik sebelum maupun sesudah puasanya. Tidak ada perubahan dalam pola makannya. Ini mengajarkan bahwa ada orang yang berpuasa tetapi setelahnya tetap kembali pada kebiasaan buruknya, seperti mengonsumsi hal-hal haram atau merugikan orang lain.
  4. Cara bergeraknya sebelum dan sesudah puasa tetap sama, melata di tanah. Meskipun telah melewati masa puasa dan mengganti kulit, ular tetap melata seperti sebelumnya. Ini menggambarkan orang yang tidak mengalami perubahan dalam cara hidupnya setelah beribadah, tetap menjalani kehidupan yang sama tanpa peningkatan dalam ibadah, etika, atau semangat spiritualnya.
  5. Tabiat dan sifatnya sebelum dan sesudah puasa tetap tidak berubah. Ular tetap berbisa, tetap berburu, dan tetap mempertahankan sifat aslinya setelah puasanya selesai. Ini melambangkan orang yang berpuasa tetapi tetap memiliki sifat buruk seperti amarah, dengki, dan kebiasaan maksiat, tanpa ada usaha untuk memperbaiki diri.

 

Puasa Ulat

Berbeda dengan ular, ulat adalah hewan yang mengalami perubahan drastis dalam hidupnya. Ulat adalah makhluk yang rakus, hampir sepanjang waktu dihabiskannya untuk makan. Namun, suatu saat ia akan berhenti makan dan mulai memasuki metamorphose ke fase kepompong. Dalam kondisi ini, ulat benar-benar berpuasa, bukan hanya menahan lapar, tetapi juga mengasingkan diri dan membungkus tubuhnya rapat-rapat.

Puasa ulat adalah puasa yang penuh makna. Ia tidak hanya sekadar bertahan, tetapi mengalami transformasi besar. Setelah berminggu-minggu berdiam dalam kepompong, ulat keluar sebagai makhluk yang sama sekali berbeda—kupu-kupu yang indah dan penuh warna. Bukan hanya bentuknya yang berubah, tetapi juga tabiat dan kebiasaannya. Dulu ia perusak daun, kini ia menjadi penyerbuk bunga yang membantu kehidupan tumbuhan.

 

Pelajaran dari Puasa Ulat

  1. Wajah ulat setelah puasa berubah menjadi kupu-kupu yang indah. Sebelum berpuasa dalam bentuk kepompong, ulat memiliki rupa yang mungkin dianggap kurang menarik. Namun, setelah puasanya selesai, ia berubah menjadi kupu-kupu yang indah mempesona. Ini melambangkan seseorang yang setelah berpuasa mengalami perubahan positif dalam kepribadiannya, menjadi lebih sabar, lebih bersyukur, dan lebih baik dalam akhlaknya.
  2. Namanya berubah dari ulat menjadi kupu-kupu. Ulat yang dulunya hanya dikenal sebagai makhluk kecil yang rakus dengan makanan, setelah puasanya selesai ia berubah menjadi kupu-kupu yang anggun. Ini menggambarkan bahwa seseorang yang menjalani puasa dengan penuh kesadaran akan mengalami transformasi diri—dari seseorang yang biasa saja menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih berharga.
  3. Makanannya berubah dari daun menjadi madu dan nektar bunga. Sebelum berpuasa, ulat hanya memakan daun dan sering dianggap sebagai hama yang merusak tanaman. Namun, setelah puasanya selesai, ia berubah menjadi kupu-kupu yang hanya mengonsumsi nektar bunga, sesuatu yang lebih halus dan lebih berharga. Ini menunjukkan bahwa seseorang yang berpuasa dengan sungguh-sungguh akan berubah—dari seseorang yang mungkin terbiasa dengan kebiasaan buruk menjadi pribadi yang lebih memilih hal-hal yang baik dan bermanfaat dalam hidupnya.
  4. Cara bergeraknya berubah dari merayap menjadi terbang bebas di udara. Sebelum berpuasa, ulat hanya bisa merayap di tanah atau di daun. Namun, setelah puasanya berakhir, ia memiliki sayap dan bisa terbang bebas. Ini menggambarkan bahwa puasa dapat membebaskan seseorang dari keterbatasan spiritual dan kebiasaan buruknya, menjadikannya lebih dekat kepada Allah dan lebih memiliki kebebasan dalam menjalani hidup dengan penuh kesadaran dan kebijaksanaan.
  5. Tabiatnya berubah dari perusak daun menjadi makhluk yang membantu penyerbukan bunga. Sebagai ulat, ia hanya merusak tanaman dengan memakan daunnya. Namun, setelah berakhir puasanya, ia berubah menjadi kupu-kupu yang membantu proses penyerbukan, mendukung kehidupan tanaman. Ini menggambarkan bahwa seseorang yang menjalani puasa dengan baik akan mengalami perubahan dalam tabiatnya—dari seseorang yang mungkin dulu sering berbuat dosa atau merugikan orang lain menjadi pribadi yang membawa manfaat dan kebaikan bagi sesama.

Kesimpulan

Begitu juga bagi kita yang saat ini menjalankan ibadah puasa, bisa jadi setelah puasa Ramadan yang kita jalani berakhir apakah puasa kita sebagai puasa ular atau sebagai puasa ulat. Puasa Ular, menggambarkan seseorang yang hanya menahan lapar dan haus tanpa adanya perubahan diri yang nyata. Setelah Ramadhan berlalu, ia tetap sama seperti sebelumnya, tidak ada peningkatan dalam akhlak, ibadah, atau kehidupan sosialnya. Puasa Ulat, adalah simbol perubahan sejati. Ia menunjukkan bagaimana puasa yang dijalani dengan baik dapat membawa seseorang ke tingkat yang lebih tinggi, dari seseorang yang biasa saja menjadi lebih baik, lebih bermanfaat, dan lebih bernilai di hadapan Allah dan manusia.

Semoga kita semua bisa menjalani puasa seperti puasanya ulat, sehingga setelah Ramadan berlalu, kita menjadi pribadi yang lebih baik, lebih bermanfaat, dan lebih dekat dengan Allah.[]

 

|

Artikel ini ditulis oleh: Muhammad Arif Luthfi, M.Pd. Ketua Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan

Loading

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 Komentar