Cyber Pesantren | Kurikulum Berbasis Cinta hadir sebagai upaya untuk menata kembali sistem pendidikan agar dapat mencetak generasi yang humanis, nasionalis, naturalis, toleran, dan menjadikan cinta sebagai prinsip dasar dalam kehidupan.
Mewujudkan Pendidikan Berbasis Cinta
Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah, Nyayu Khodijah, menegaskan bahwa pendidikan bukan sekadar sarana mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga wadah utama dalam membentuk karakter peserta didik.
Menurutnya, visi Indonesia Emas 2045 hanya bisa terwujud melalui peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), khususnya generasi muda yang saat ini menempuh pendidikan di Raudlatul Athfal (RA) dan Madrasah.
“Pendidikan harus menjadi ruang bagi pembentukan karakter dan nilai-nilai moral,” ujar Nyayu Khodijah di Jakarta, Senin (3/2/2025).
Integrasi Kurikulum Berbasis Cinta di Madrasah
Kurikulum Berbasis Cinta akan diterapkan di RA, Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).
Baca Juga: Puasa Membentuk Kedisiplinan, Bukan Sekedar Ibadah Tahunan!
Kurikulum ini tidak menggantikan kurikulum yang sudah ada, tetapi akan diintegrasikan dalam berbagai mata pelajaran dan diterapkan baik dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran.
Baca Juga: Dalil Anjuran Tadarus Al-Qur’an di Bulan Ramadhan
Menurut Prof. Nyayu, fenomena dehumanisasi yang terjadi saat ini berdampak buruk bagi individu dan masyarakat. Ketakutan, kebencian, dan konflik semakin sering muncul ke permukaan.
Oleh karena itu, pendidikan harus berperan dalam menanamkan nilai-nilai kemanusiaan, seperti empati, toleransi, dan kesetaraan, yang semuanya berlandaskan cinta.
2 Komentar