Dosa Makan di Depan Orang Puasa, Mitos atau Fakta?

Umi Junaryah
Umi Junaryah

Dosa Makan di Depan Orang Puasa, Mitos atau Fakta?

Oleh: Umi Junaryah, S. Pd., Pengasuh PPTQ Al-Qudsiyah Mesuji, Lampung

Bacaan Lainnya

 

Cyber Pesantren | Memasuki bulan Ramadan, suasana berubah drastis. Warteg-warteg mendadak tutup tirai (ada juga yang nggak sih), gerobak nasi goreng beroperasi diam-diam seperti agen rahasia, dan kantin kampus berubah fungsi jadi tempat berteduh, bukan tempat makan.

Namun, ada satu fenomena tahunan yang terus menciptakan kontroversi yaitu mereka yang tidak puasa tetapi dengan santainya makan di depan orang yang sedang berpuasa.

Apakah Tindakan ini benar-benar berdosa? Atau hanya mitos belaka yang diperkuat oleh tatapan tajam penuh makna dari mereka yang sedang menahan lapar karena berpuasa?

Memang ada beberapa alasan orang tidak berpuasa, bisa jadi karena alasan agama (beda agama), alasan kesehatan, alas an syar’i seperti menstruasi, atau ya memang sengaja nggak puasa.

 

Fenomena Tatapan Tajam: Kengerian yang Nyata

Bagi sebagian kita yang pernah makan di depan orang yang sedang berpuasa, pasti paham bagaimana rasanya mendapat tatapan penuh makna itu.

Tatapan yang seakan berkata, “Seriusan, Bro? Kabah tega nian?” atau “Makanan kabah tu haram bagi aku saat ini, tapi dosa kabah pacak lebih besak daripada gorengan yang kabah kunyah tu.” Tatapan ini bisa jadi lebih menusuk daripada status mantan yang tiba-tiba bahagia setelah putus.

Penjelasan Tentang Surat Al-Ikhlas Sering Dibaca Saat Shalat Tarawih

Namun, mari kita jujur. Secara hukum Islam, tidak ada dalil yang menyebutkan bahwa makan di depan orang berpuasa adalah dosa besar setara dengan korupsi atau menonton sinetron azab. Yang ada hanyalah etika dan adab. Jadi, kalau mau makan, ya silakan, tapi kalau tidak ingin jadi bahan pergunjingan di grup WhatsApp kompleks (nggak boleh nggunjing), lebih baik cari tempat tersembunyi biar selamat dari pantauan radar dan CCTV.

 

Mitos atau Fakta? Yuk Kita Bedah!

Secara teologis, puasa adalah bentuk ibadah individu. Artinya, tanggung jawab puasa ada di pundak masing-masing, bukan di pundak mereka yang sedang menikmati es teh manis dingin di siang bolong.

Jadi, jika ada yang berpuasa, lalu tergoda melihat orang makan, yang salah itu bukan orang yang makan, tetapi yang berpuasa harus lebih kuat imannya. Logikanya mirip dengan seseorang yang diet tapi tetap membuka aplikasi ojek online hanya untuk melihat-lihat menu ayam geprek level 10. Kalau tergoda, salah siapa?

Dalil Anjuran Tadarus Al-Qur’an di Bulan Ramadhan

Namun, di luar urusan agama, ada norma sosial yang harus diperhitungkan. Bayangkan seorang pegawai yang seharian sudah menahan lapar, lalu di depannya ada teman kerja yang dengan lahap menyantap ayam bakar lengkap dengan suara kriuk yang menggoda iman.

Bukankah itu semacam penyiksaan psikologis yang tak tertulis? Mungkin memang tidak dosa secara agama, tetapi bisa jadi dosa secara pergaulan sosial. Jangan heran kalau nanti pas butuh bantuan di kantor, orang-orang pura-pura sibuk.

 

Makan Sembarangan: Satire di Tengah Kesabaran

Bayangkan ada seseorang yang tidak berpuasa lalu dengan santainya membuka kotak nasi padang di ruangan penuh dengan orang yang berpuasa. Sambil mengeluarkan sendok dan garpu, ia berkata, “Aduh, lapar nian nih. Untung adau rendang.” Detik itu juga, suhu ruangan naik dua derajat, bukan karena AC rusak, tetapi karena aura panas dari tatapan mereka yang berpuasa.

Atau skenario lainnya, seseorang dengan sengaja minum segelas es kopi susu tepat di depan temannya yang sudah mulai lemas. “Seger banget, guyssss! Kabah coba deh,” katanya sambil menggoyangkan gelas agar es batu di dalamnya berbunyi nyaring. Mungkin di saat itu juga, pahala puasa si Teman mulai berkurang karena diam-diam mengutuk dalam hati.

Puasa Membentuk Kedisiplinan, Bukan Sekedar Ibadah Tahunan!

Namun, jangan lupa, ada juga orang yang terlalu sensitif. Mereka yang berpuasa lalu melihat seseorang makan di kejauhan, langsung merasa tersinggung seakan-akan dunia sedang mengujinya dengan cobaan maha berat.

Padahal, orang itu cuma turis asing yang tidak paham bahwa bulan ini umat Islam sedang berpuasa. Jadi, apakah dosa makan di depan orang puasa? Secara agama, tidak. Tapi secara sosial, Anda bisa saja berakhir di grup “blacklist” kantor.

 

Bagaimana Seharusnya Bersikap?

Sederhana saja, gunakan adab dan empati. Jika memang harus makan, cobalah untuk tidak melakukannya dengan mencolok. Jangan makan sambil live streaming di Instagram atau mengunyah keripik dengan volume maksimal di ruangan penuh orang puasa.

Orang yang berpuasa juga harus sadar bahwa dunia tidak serta-merta berhenti hanya karena mereka sedang menahan lapar. Tidak semua orang punya kewajiban berpuasa, entah karena sakit, musafir, atau memang tidak berkewajiban secara agama.

Puasa Ular dan Puasa Ulat

Jadi, apakah berdosa makan di depan orang puasa? Secara hukum Islam, tidak ada ketentuan yang menyebutkan hal ini sebagai dosa. Namun, dalam norma sosial, makan terang-terangan bisa dianggap sebagai bentuk kurangnya rasa hormat.

Satu-satunya dosa yang nyata adalah jika setelah makan kita lupa bayar atau makan tanpa berbagi ke teman yang sedang puasa dan akan buka.

Pada akhirnya, Ramadan bukan hanya soal menahan lapar, tetapi juga menahan diri dari rasa egois dan kurangnya empati. Jadi, kalau mau makan, makanlah dengan bijak, kalau perlu, sembunyi seperti ninja. Demi keamanan dan kenyamanan serta kesejahteraan bersama.[]

Loading

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *