Oleh: Riza Muzaki Pembina Tahfidz Al-Quran Pesantren Makrifatul Ilmi
Cyber Pesantren | Sebelum kita membahas Makna An-Nâs dalam Al-Quran, kita mulai pahami Surah An-Nâs (سورة الناس) yang merupakan surah ke-114 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri dari 6 ayat dan termasuk dalam golongan surah Makkiyah.
Surah An-Nâs bersama Surah Al-Falaq disebut sebagai Al-Mu’awwidzatain, yaitu dua surah perlindungan yang dianjurkan untuk dibaca guna memohon perlindungan kepada Allah dari segala kejahatan.
Teks Surah An-Nâs:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (١)
مَلِكِ النَّاسِ (٢)
إِلَٰهِ النَّاسِ (٣)
مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (٤)
الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (٥)
مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (٦)
Terjemahan Surah An-Nâs:
- Katakanlah (Muhammad), “Aku berlindung kepada Tuhan manusia,
- Raja manusia,
- Sembahan manusia,
- Dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi,
- Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,
- Dari (golongan) jin dan manusia.”
Keutamaan Surah An-Nâs:
-
Sebagai perlindungan dari gangguan setan dan jin; Surah ini mengajarkan umat Islam untuk meminta perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang membisikkan keburukan ke dalam hati manusia.
-
Dianjurkan dibaca sebelum tidur dan setelah shalat; Berdasarkan hadis, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sering membaca Surah Al-Falaq dan Surah An-Nâs sebelum tidur serta meniupkannya ke kedua telapak tangan untuk diusapkan ke seluruh tubuh.
-
Bagian dari ruqyah syar’iyyah; Surah ini sering digunakan dalam pengobatan ruqyah untuk melindungi seseorang dari gangguan jin, sihir, dan penyakit hati.
Surah An-Nâs mengajarkan pentingnya bergantung kepada Allah dalam menghadapi gangguan yang tidak terlihat, baik dari jin maupun manusia.
Asbabun Nuzul Surah An-Nas
Surah An-Nas diturunkan ketika Nabi Muhammad SAW mengalami sakit yang cukup parah. Allah SWT lalu mengutus dua malaikat untuk menjenguk beliau.
Salah satu malaikat duduk di sebelah kepala Nabi, sementara yang lain duduk di dekat kakinya. Malaikat di bagian kaki bertanya kepada malaikat di kepala, “Apa yang terjadi padanya?”
Malaikat di kepala menjawab, “Ia terkena sihir.”
Malaikat di kaki kembali bertanya, “Siapa yang menyihirnya?”
“Labid bin Al-A’sham, seorang Yahudi,” jawab malaikat di kepala.
Malaikat di kaki bertanya lagi, “Di mana sihir itu diletakkan?”
Malaikat di kepala menjawab, “Di sebuah sumur milik seseorang, di bawah sebuah batu. Muhammad harus pergi ke sumur itu, mengeringkan airnya, lalu mengangkat batunya. Di bawah batu itu ada sebuah kotak, bakarlah kotak itu.”
Keesokan harinya, Nabi Muhammad SAW mengutus Ammar bin Yasir bersama beberapa sahabat untuk pergi ke sumur tersebut. Sesampainya di sana, mereka melihat air sumur itu berwarna merah kecokelatan, seperti air pacar atau inai. Mereka menimba airnya, mengangkat batunya, dan menemukan sebuah kotak kecil di dalamnya. Kotak itu kemudian dibakar.
Di dalam kotak tersebut terdapat seutas tali yang memiliki 11 simpul. Lalu Allah SWT menurunkan Surah Al-Falaq dan An-Nas. Setiap kali Rasulullah SAW membaca satu ayat, satu simpul terurai.
Karena kedua surah ini mampu mengobati penyakit akibat sihir yang menimpa Nabi, keduanya kemudian disebut sebagai Al-Mu’awwidzatain, yaitu dua surah perlindungan.
Makna An-Nas
Para pakar antropologi yang berlandaskan filsafat materialisme berpendapat bahwa hakikat manusia hanyalah makhluk materi. Mereka melihat manusia sebagai jasad yang tersusun dari unsur-unsur material dunia anorganik.
Senada dengan itu, para ahli biologi yang juga berangkat dari filsafat materialisme menyatakan bahwa manusia adalah sekadar badan yang hidup.
Di sisi lain, pandangan berbeda datang dari para pakar antropologi yang dipengaruhi oleh filsafat idealisme. Mereka meyakini bahwa manusia adalah makhluk dengan kehidupan spiritual-intelektual yang melekat dan tidak bergantung pada materi.
Perbedaan sudut pandang ini menunjukkan bahwa kajian tentang manusia sering kali hanya berfokus pada aspek tertentu, sehingga belum memberikan gambaran yang utuh dan menyeluruh tentang hakikat manusia.
Dalam tulisan ini, kita akan mengungkap bagaimana Kitab Suci Al-Qur’an menjelaskan hakikat manusia. Meskipun kajian ini bersifat sederhana, semoga dapat memberikan wawasan baru bagi kita semua.
Dalam Al-Qur’an, manusia disebut dengan berbagai istilah, antara lain ناس, إنس, أناس, إنسان, بشر, عبد, بني آدم, dan ذرية آدم. Setiap istilah memiliki makna khusus dan keistimewaannya masing-masing. Sebagai kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan tingkat kesusastraan yang tinggi, Al-Qur’an menggunakan diksi secara cermat untuk menyampaikan pesan-pesannya.
Pilihan kata yang digunakan tidak hanya berfungsi untuk menyampaikan makna, tetapi juga untuk memperkuat argumentasi dan menggugah keyakinan. Terkadang, bahasa Al-Qur’an digunakan untuk melemahkan argumen kaum kafir, munafik, dan fasik, sementara di lain waktu menjadi kabar gembira bagi kaum beriman.
Salah satu istilah yang sering digunakan dalam Al-Qur’an untuk menyebut manusia adalah an-nâs (الناس), yang muncul dalam sekitar 169 ayat. Secara umum, penggunaan diksi an-nâs dalam Al-Qur’an memiliki beberapa fungsi utama, yaitu:
- Perintah Menjalin Relasi Sosial
Contohnya terdapat dalam Surah An-Nisâ ayat 1:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan pasangannya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sungguh, Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisâ: 1)
Dalam ayat ini, setelah diksi an-nâs digunakan, ayat tersebut kemudian memberikan tuntunan tentang bagaimana manusia harus berinteraksi dengan sesama, yang mencerminkan hubungan sosial.
- Perintah Ibadah
Contoh lain dari penggunaan an-nâs dapat ditemukan dalam Surah Al-Baqarah ayat 21:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 21)
Ayat ini menunjukkan bahwa setelah kata an-nâs disebut, terdapat perintah untuk beribadah kepada Allah, yang merupakan aspek fundamental dalam ajaran Islam.
- Perintah untuk Tunduk dan Patuh kepada Allah SWT serta Mentauhidkan-Nya
Contohnya dapat dilihat dalam Surah An-Nâs ayat 1-2:
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ مَلِكِ النَّاسِ إِلَٰهِ النَّاسِ
Artinya: “Katakanlah (Muhammad), ‘Aku berlindung kepada Tuhan manusia, Raja manusia, Sembahan manusia.’” (QS. An-Nâs: 1-2)
- Peringatan atau Ancaman (Tahdîd)
Contoh lainnya dapat ditemukan dalam Surah At-Tahrîm ayat 6:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrîm: 6)
Dari berbagai contoh ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan istilah an-nâs dalam Al-Qur’an memiliki empat fungsi utama, yaitu membangun relasi sosial, menyeru kepada ibadah, mengajak kepada ketundukan kepada Allah, serta memberikan peringatan atau ancaman.
Untuk memahami lebih dalam makna setiap istilah dalam Al-Qur’an, diperlukan rujukan kepada kitab-kitab tafsir yang lebih luas. Wallahu a’lam bish-shawab.