Kesederhanaan ini bukan hanya melatih pengendalian diri, tetapi juga sebagai bentuk solidaritas kepada mereka yang kurang beruntung.
Menjaga Keimanan di Tengah Ujian
Dalam liriknya, Rhoma Irama menyampaikan bahwa harga diri dan keimanan tidak boleh ditukar dengan apapun. Ini sejalan dengan salah satu tujuan utama Ramadan, yaitu memperkuat keimanan meskipun dihadapkan pada berbagai ujian.
Hidup memang penuh dengan godaan, dan sering kali manusia tergoda untuk mengorbankan nilai-nilai moral demi keuntungan sesaat. Ramadan hadir sebagai pengingat bahwa iman harus tetap dijaga, bahkan dalam kondisi tersulit sekalipun.
Puasa melatih kita untuk bersabar dalam menghadapi cobaan. Orang yang terbiasa menahan lapar dan dahaga selama Ramadan akan lebih siap menghadapi kesulitan dalam kehidupan.
Mereka yang mampu menahan diri dari amarah dan perkataan buruk selama bulan suci ini akan lebih mudah menjaga sikap dan tindakan mereka di luar Ramadan.
Dengan demikian, Ramadan bukan hanya menjadi momen ibadah, tetapi juga sebagai ajang pembelajaran bagi setiap Muslim untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Ramadan sebagai Sarana Peningkatan Kualitas Diri
Selain menahan lapar dan dahaga, Ramadan juga menjadi waktu terbaik untuk meningkatkan kualitas diri. Banyak ibadah yang dianjurkan selama bulan suci ini, seperti membaca Al-Qur’an, memperbanyak shalat sunnah, berzikir, dan bersedekah.
Semua ini bertujuan untuk memperkuat hubungan kita dengan Allah Swt serta meningkatkan kepedulian terhadap sesama.
Sedekah menjadi salah satu amalan yang sangat dianjurkan di bulan Ramadan. Ini selaras dengan pesan dalam Harga Diri bahwa lebih baik hidup dalam kesederhanaan tetapi tetap berpegang pada prinsip, daripada mengejar kekayaan tanpa peduli dengan nilai moral dan sosial.
Dengan berbagi kepada mereka yang membutuhkan, seseorang tidak hanya membersihkan hartanya tetapi juga memperkuat rasa empati dan persaudaraan di antara sesama manusia.
Jadi, dari Syair lagu Harga Diri karya Rhoma Irama mengajarkan bahwa kehormatan dan keimanan jauh lebih berharga daripada harta dan kenikmatan duniawi. Pesan ini sangat relevan dengan esensi Ramadan, di mana umat Islam diajarkan untuk menahan lapar dan dahaga bukan karena keterpaksaan, tetapi karena kesadaran bahwa puasa adalah bentuk pengabdian kepada Allah Swt.
Lebih baik hidup dalam kesederhanaan tetapi memiliki iman yang kuat, daripada bergelimang kemewahan namun kehilangan nilai spiritual.
Ramadan menjadi momen untuk mengasah kesabaran, meningkatkan ketakwaan, dan memperkuat harga diri sebagai hamba Allah Swt. Semoga kita semua dapat menjalani Ramadan dengan penuh keikhlasan dan keluar darinya dengan hati yang lebih suci serta iman yang lebih kokoh. []
Kontributor: Muhammad Arif Lutfi, M.Pd., Kepala LPM STIT Makrifatul Ilmi