Cyber Pesantren | Setiap perbuatan baik yang kita lakukan selalu berawal dari niat. Namun, apakah niat itu benar-benar tulus atau ada kepentingan lain yang tersembunyi?
Inilah yang sering kali menjadi ujian bagi setiap kebaikan yang kita lakukan. Niat yang baik harus selalu diuji, karena hanya dengan ketulusanlah suatu amal akan bernilai di hadapan Allah.
Ketulusan di Balik Kebaikan
Tidak semua kebaikan diterima di sisi Allah. Rasulullah Muhammad Saw bersabda:
“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan seseorang akan mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari & Muslim)
Ini berarti, niat adalah fondasi utama dari setiap perbuatan kita. Tanpa niat yang benar, amal yang tampak besar di mata manusia bisa jadi tak bernilai di hadapan Allah. Oleh karena itu, menguji niat sebelum, saat, dan setelah melakukan kebaikan sangatlah penting.
Mengapa Niat Harus Diuji?
-
Menghindari Riya’
Kadang kita berbuat baik bukan karena Allah, melainkan ingin mendapat pujian atau pengakuan dari orang lain. Ini yang disebut riya’, sebuah penyakit hati yang bisa menghapus pahala kebaikan kita. Jika kita merasa ingin dilihat atau dipuji, maka saatnya kita mengoreksi niat. -
Membedakan Antara Ikhlas dan Kepentingan Pribadi
Tidak jarang seseorang membantu orang lain karena berharap imbalan atau balasan di kemudian hari. Padahal, kebaikan yang sejati adalah yang dilakukan tanpa pamrih. Jika niat kita bercampur dengan kepentingan duniawi, maka kita perlu kembali meluruskan hati. -
Menjaga Konsistensi dalam Berbuat Baik
Ketulusan membuat seseorang tetap berbuat baik meskipun tidak ada yang melihat. Sebaliknya, jika niat tidak tulus, maka semangat berbuat baik akan pudar ketika tidak ada apresiasi atau balasan dari manusia.
Bagaimana Menguji dan Meluruskan Niat?
-
Tanyakan kepada diri sendiri: “Untuk siapa saya melakukan ini?”
Jika jawabannya bukan karena Allah, maka niat perlu diperbaiki. -
Tetap berbuat baik meskipun tidak ada yang tahu
Amalan yang paling ikhlas adalah yang tidak perlu diumbar atau dipamerkan. Jika kita tetap melakukannya tanpa berharap pengakuan, berarti niat kita sudah mulai lurus. -
Jangan kecewa jika tidak dihargai
Jika kebaikan kita tidak dihargai orang lain, tetapi kita tetap melakukannya dengan penuh keikhlasan, itu tanda bahwa kita benar-benar melakukannya karena Allah. -
Perbanyak doa dan istighfar
Memohon kepada Allah agar selalu diberikan hati yang ikhlas adalah langkah terbaik dalam menjaga niat tetap murni.
Kebaikan yang Berharga Adalah yang Dilandasi Ketulusan
Mengapa niat baik harus diuji? Karena hanya niat yang tulus yang akan bertahan dan mendapat keberkahan. Ujian terhadap niat adalah proses yang harus terus kita jalani sepanjang hidup.
Saat kita mulai bertanya-tanya mengapa kita melakukan sesuatu, di situlah kita bisa menemukan apakah kebaikan kita benar-benar murni atau masih bercampur dengan harapan duniawi.
Pada akhirnya, kebaikan yang dilakukan dengan niat yang tulus tidak akan sia-sia. Mungkin manusia tidak selalu melihat atau menghargai, tetapi Allah selalu mencatat.
Maka, teruslah berbuat baik, meskipun dunia tidak peduli, karena Allah-lah sebaik-baik pembalas kebaikan.
“Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal kalian.” (HR. Muslim)
Mari kita terus menguji niat baik kita, agar setiap langkah yang kita ambil benar-benar berarti di sisi Allah.
Kontributor: Ahmad Hifzil Haq, Ka. Madrasah Ibtidaiyah Tsanawiyah Makrifatul Ilmi