Oleh: Nyai Hj. Siti Halimah
Cyber Pesantren | Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Jaga dan rawatlah Al-Qur’an (dengan menghafal dan mengamalkannya). Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh Al-Qur’an lebih cepat hilang dari hafalan seseorang dibandingkan lepasnya unta dari ikatannya.” (HR. Bukhari)
Hadis ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga hafalan dan pengamalan Al-Qur’an. Salah satu sahabat Nabi yang sangat perhatian terhadap Al-Qur’an dan para penghafalnya adalah Umar bin Khattab.
Usulan Pembukuan Al-Qur’an
Pada masa kekhalifahan Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khattab mengusulkan agar tulisan-tulisan Al-Qur’an yang masih berserakan—di atas lempengan batu, pelepah kurma, kulit binatang, dan kepingan tulang—dikumpulkan menjadi satu mushaf.
Usulan ini muncul setelah Perang Yamamah, di mana sekitar 70 sahabat penghafal Al-Qur’an gugur dalam peperangan melawan orang-orang yang murtad setelah wafatnya Nabi Muhammad ﷺ. Umar khawatir jika semakin banyak penghafal Al-Qur’an yang wafat, maka Al-Qur’an bisa hilang.
Awalnya, Abu Bakar ragu menerima usulan tersebut karena pada masa Nabi ﷺ, Al-Qur’an belum dibukukan dalam satu mushaf. Namun, setelah mempertimbangkan urgensinya, ia akhirnya setuju dan membentuk tim khusus untuk mengumpulkan tulisan-tulisan Al-Qur’an.
Para sahabat yang terlibat dalam tugas ini di antaranya:
- Zaid bin Tsabit (sekretaris pribadi Nabi Muhammad ﷺ), yang ditunjuk sebagai ketua tim.
- Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, dan Ubay bin Ka’ab yang turut membantu proses pengumpulan.
Perhatian Umar bin Khattab terhadap Penghafal Al-Qur’an
Ketika Umar bin Khattab menjadi khalifah, ia semakin menegaskan pentingnya menjaga hafalan Al-Qur’an. Ia mengirimkan surat kepada para pemimpin pasukan, meminta laporan mengenai jumlah prajurit yang hafal Al-Qur’an.
Sebagai bentuk penghormatan, Umar memberikan tunjangan khusus kepada mereka dan mengutus mereka ke berbagai wilayah kekuasaan Islam untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada umat. Salah satu laporan yang diterimanya menyebutkan bahwa ada lebih dari 300 prajurit yang hafal Al-Qur’an.
Setelah menerima laporan tersebut, Umar mengirim surat berisi nasihat kepada para penghafal Al-Qur’an. Dalam suratnya, ia menekankan bahwa Al-Qur’an adalah pahala, kehormatan, dan simpanan bagi penghafalnya. Ia juga mengingatkan agar para penghafal mengikuti petunjuk Al-Qur’an dalam kehidupan mereka, bukan malah membiarkan hawa nafsu menguasai mereka.
“Barang siapa yang mengikuti Al-Qur’an, maka Al-Qur’an akan membawanya ke dalam surga. Sebaliknya, barang siapa yang hanya menjadikan Al-Qur’an sebagai simbol tanpa mengamalkannya, maka Al-Qur’an akan melemparkannya ke dalam neraka.”
Nasihat Umar bin Khattab tentang Keutamaan Al-Qur’an
Umar bin Khattab juga memberikan nasihat berharga kepada umat Islam mengenai kedudukan Al-Qur’an. Ia berkata:
“Jika engkau bisa, jadikanlah Al-Qur’an sebagai temanmu, dan jangan sampai ia menjadi musuhmu. Sebab, siapa yang menjadikan Al-Qur’an sebagai teman, niscaya ia akan masuk surga. Namun, siapa yang menjadikan Al-Qur’an sebagai musuhnya, maka ia akan masuk neraka.” (Hayatush Shahabah, Syekh Muhammad Yusuf Al-Kandahlawi, 2019)
Menurut Umar, Al-Qur’an adalah sumber petunjuk dan bunga ilmu. Ia menekankan bahwa Kitab Suci ini adalah yang paling dekat dengan Allah. Oleh karena itu, Allah membuka mata yang buta, telinga yang tuli, dan hati yang tertutup melalui Al-Qur’an.
Ia juga menjelaskan keutamaan membaca Al-Qur’an di malam hari.
“Siapa saja yang bangun malam, lalu bersiwak, berwudhu, bertakbir, dan membaca Al-Qur’an, maka malaikat akan mendekat, meletakkan mulutnya pada mulut orang tersebut, dan berkata, ‘Bacalah, bacalah. Engkau telah harum, dan Al-Qur’an juga harum bagimu.’”
Membaca Al-Qur’an: Amal yang Berharga
Sebagai Amirul Mukminin, Umar bin Khattab menekankan bahwa membaca Al-Qur’an dalam shalat adalah harta yang terpendam dan kebaikan yang tersembunyi. Oleh sebab itu, ia mengingatkan umat Islam untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an, karena Al-Qur’an bisa menjadi hujjah (pembela) yang memberatkan atau meringankan seseorang di akhirat.
Ia menutup nasihatnya dengan peringatan:
“Muliakanlah Al-Qur’an dan jangan merendahkannya. Sebab, Allah akan memuliakan orang yang memuliakan Al-Qur’an, dan merendahkan orang yang merendahkannya.”
Umar juga menegaskan bahwa siapa saja yang membaca, menghafal, dan mengamalkan Al-Qur’an serta mengikuti isinya, maka ia akan memiliki doa yang mustajab di sisi Allah. Jika Allah menghendaki, doa tersebut akan dikabulkan di dunia. Jika tidak, doa itu akan menjadi tabungan di akhirat.
Umar bin Khattab adalah sosok yang sangat perhatian terhadap keberlangsungan Al-Qur’an dan penghafalnya. Keputusannya untuk mendorong pembukuan Al-Qur’an adalah langkah visioner yang memastikan Al-Qur’an tetap terjaga hingga hari ini.
Selain itu, nasihatnya kepada umat Islam menunjukkan betapa pentingnya membaca, menghafal, dan mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai umat Islam, kita pun seharusnya mengambil pelajaran dari kisah ini dengan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman utama dalam hidup kita.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk golongan yang mencintai, menjaga, dan mengamalkan Al-Qur’an. Aamiin.
1 Komentar