Panduan Niat Puasa Ramadhan Sebulan Penuh dalam Madzhab Maliki

Doa Puasa
Doa Puasa

Cyber Pesantren | Dalam menjalankan ibadah puasa, niat adalah syarat penting yang harus dipenuhi. Namun, ada perbedaan dalam cara berniat antara puasa wajib dan puasa sunnah.

Pada puasa wajib seperti Ramadhan, qada, dan nazar, niat harus dilakukan pada malam hari (tabyitun niyat), yaitu sejak waktu Maghrib hingga sebelum terbit fajar (Subuh).

Bacaan Lainnya

Sementara itu, puasa sunnah lebih fleksibel. Niatnya boleh dilakukan pada malam hari maupun di siang hari, asalkan belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa. Namun, niat tetap harus diucapkan sebelum waktu Dhuhur atau sebelum matahari tergelincir.

Dengan memahami perbedaan ini, seseorang dapat melaksanakan puasa dengan benar sesuai dengan ketentuannya.

مَنْ لَمْ يُبَيِّتْ النِّيَّةَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ

Artinya: “Barang siapa yang tidak berniat puasa di malam hari sebelum terbitnya fajar, maka tidak ada puasa baginya.”(HR. Abu Daud, at Tirmidzi, an Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad).

Wajibnya tabyit tersebut tentu berkonsekuensi dapat menjadi puasa seseorang tidak sah jika ditinggalkan, sehingga hal ini menjadi harus menjadi perhatian kaum muslimin dengan mengingatnya dan jangan sampai lupa atau ketiduran sehingga lupa tidak melakukan niat puasa di malam hari.

Oleh karena itu, sebagai antisipasi jika seseorang lupa atau ketiduran sampai siang dan belum niat puasa di malam hari agar puasanya tetap sah, di momen malam pertama 1 Ramadhan seseorang harus melakukan niat dua kali, niat pertama seperti yang biasa dilakukan, dan niat kedua mengikuti (Taqlid) cara niat puasa Ramadhan dalam Madzhab Maliki yang membolehkan niat hanya satu kali di malam pertama Ramadhan untuk puasa satu bulan.

Di Indonesia, pendapat Malikiyah ini banyak digunakan, meskipun mayoritas penganut Mazhab Syafi’i. Hal ini pernah dikatakan Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, KH A Idris Marzuki dalam sebuah kitab.

Tentu hal ini di bawah bimbingan para kiai dan masyayikh, salah satunya dengan merujuk kalam Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri KH A Idris Marzuqi di dalam karyanya Kitab Sabil al-Huda halaman 51, yang berisikan himpunan wadhifah dan amaliah.

“Untuk berjaga-jaga agar puasa tetap sah ketika suatu saat lupa niat, sebaiknya pada hari pertama bulan Ramadhan berniat taqlid (mengikut) pada Imam Malik yang memperbolehkan niat puasa Ramadhan hanya pada permulaan saja, dan adanya cara tersebut bukan berarti membuat kita tidak perlu lagi niat di setiap harinya, tetapi cukup hanya sebagai jalan keluar ketika benar-benar lupa.”

Menurut Mazhab Maliki, seseorang cukup niat puasa untuk sebulan penuh pada malam pertama Ramadhan, sehingga tidak perlu memperbarui niat di setiap harinya, dengan alasan puasa Ramadhan itu merupakan satu kesatuan ibadah, hal ini juga pernah disinggung Syaikh Imam al-Qulyubi dalam Kitabnya Hasyiyah Al-Qulyubi, jilid 2 halaman 66.

وَيُنْدَبُ أَنْ يَنْوِيَ أَوَّلَ لَيْلَةٍ صَوْمَ شَهْرِ رَمَضَانَ أَوْ صَوْمَ رَمَضَانَ كُلَّهُ لِيَنْفَعَهُ تَقْلِيدُ الْإِمَامِ مَالِكٍ فِي يَوْمٍ نَسِيَ النِّيَّةَ فِيهِ مَثَلًا لِأَنَّهَا عِنْدَهُ تَكْفِي لِجَمِيعِ الشَّهْرِ

Artinya: “Disunahkan pada malam pertama bulan Ramadhan untuk niat berpuasa sebulan penuh untuk mengambil memanfaatkan pendapat Imam Malik pada suatu hari yang lupa untuk berniat di dalamnya. Karena beliau menganggap niat tersebut mencukupi bila lupa niat pada malam-malam berikutnya di semua malam Ramadhan.”

Loading

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

4 Komentar