Rumi mengajarkan bahwa puasa bukan sekadar menahan diri dari makanan, tetapi juga dari keserakahan. Kita boleh lapar, tetapi jangan rakus saat berbuka. Kita boleh haus, tetetapi jangan lupa menyiram hati dengan ibadah.
Ramadan dan Kepekaan Hati
Pada akhirnya, Ramadan adalah bulan untuk mengasah hati. Lapar membuat kita lebih sadar akan keberadaan Tuhan, sedangkan kenyang sering kali membuat kita lupa.
Maka, tugas kita adalah menjaga keseimbangan: makan secukupnya, ibadah sebanyak-banyaknya, dan menjadikan Ramadan bukan sekadar ritual tahunan, tetetapi perjalanan spiritual yang memperbaiki diri.
Jadi, saat lapar di siang hari Ramadan, jangan meratapi nasib. Ingatlah kata-kata Rumi, “Lapar itu cinta, kenyang itu lupa.” Mungkin, dalam setiap keroncongan perut kita, ada bisikan kasih sayang Tuhan yang mengingatkan: “Aku selalu di dekatmu.” []
|
Kontributor: Marjoko Susilo, M.Pd.I, Ka. Prodi PAI STIT Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan