Grebek Bibir Saat Puasa: Ujian Iman atau Tiket Batal?

Rini Purnama Juwita
Rini Purnama Juwita

 

Kisah Pemuda dan Sahabat Tua

Bacaan Lainnya

Cyber Pesantren | Suatu hari, di tengah para sahabat, seorang pemuda menghampiri Rasulullah Saw dengan wajah penuh kebingungan. Lantas ia mengajukan sebuah pertanyaan, “Wahai Rasulullah, apakah diperbolehkan mencium istri saat berpuasa?”

Rasulullah Saw menatap pemuda itu sejenak, lalu dengan tegas menjawab, “Tidak boleh.”

Pemuda itu mengangguk, menerima jawaban Rasulullah Saw dengan penuh hormat. Ia pun berlalu dari majelis tersebut.

Tak lama kemudian, datang seorang sahabat yang sudah berusia lanjut. Ia mengajukan pertanyaan yang sama, “Wahai Rasulullah, apakah diperbolehkan mencium istri saat berpuasa?”

Rasulullah tersenyum dan menjawab, “Boleh.”

Para sahabat yang menyaksikan kejadian itu saling berpandangan, tampak bingung dengan dua jawaban yang berbeda untuk pertanyaan yang sama. Rasulullah Saw pun menyadari kebingungan mereka.

“Aku tahu kenapa kalian saling menatap,” ujar Rasulullah dengan lembut. “Ketahuilah, orang tua lebih mampu mengendalikan dirinya.”

Para sahabat pun akhirnya memahami kebijaksanaan Rasulullah Saw. Beliau melarang pemuda itu karena dikhawatirkan akan terbawa hawa nafsu dan melanggar puasanya. Sementara untuk sahabat tua, Rasulullah membolehkannya karena yakin ia bisa mengendalikan diri.

Dari kisah ini, kita dapat mengambil pelajaran bahwa hukum Islam sering kali tidak kaku, tetapi mempertimbangkan situasi dan kondisi individu. Begitu pula dengan hukum “grebek bibir (kissing)” atau istilah lainnya cipokan saat berpuasa—sebuah aktivitas yang bagi sebagian pasangan suami-istri merupakan ekspresi cinta, tetapi bagi sebagian lainnya bisa jadi pemicu bencana iman. Lantas, bagaimana hukumnya?

Grebek Bibir Saat Puasa: Halal, Haram, atau Tergantung Iman?

Kita hidup di era di mana segala sesuatu bisa diperdebatkan, mulai dari siapa yang terbaik antara Messi dan Ronaldo hingga apakah martabak itu lebih nikmat pakai coklat atau keju. Tetapi ada satu hal yang sudah sejak lama menjadi pertanyaan umat Islam saat menunaikan ibadah puasa, yaitu: bolehkah suami-istri berciuman saat berpuasa?

Seperti dalam kisah di atas, Rasulullah Saw memberikan dua jawaban yang berbeda. Seorang pemuda dilarang nggrebek bibir, sementara sahabat tua diperbolehkan. Jadi, kalau Anda masih muda dan darah muda Anda mendidih seperti air panas di dispenser kantor, lebih baik tahan diri dulu. Kenapa? Karena berciuman bisa jadi pemicu, seperti api kecil yang lama-lama bisa membakar seluruh rumah! Alias, takutnya tidak berhenti di ciuman saja, tetapi lanjut ke episode yang membatalkan puasa, yaitu episode indehoy alias bersetubuh.

Namun, jika Anda sudah berumur dan merasa hawa nafsu sudah menurun drastis seperti sinyal WiFi di kampung halaman, maka berciuman tidak masalah. Rasulullah memahami bahwa orang tua lebih mampu mengendalikan dirinya. Artinya, jika Anda sudah mencapai level “mencium tanpa efek samping,” silakan lanjutkan.

Logika di Balik Larangan dan Kelonggaran

Mengapa ciuman bisa dilarang bagi yang masih muda dan diperbolehkan bagi yang lebih tua? Ini semua soal kontrol diri. Puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan hawa nafsu. Rasulullah Saw dengan bijak menyesuaikan hukum sesuai dengan kondisi individu. Sebab, ada yang grebek bibirnya biasa saja seperti orang menepuk nyamuk, tetapi ada juga yang kalau sudah mencium, langsung tersulut seperti korek api kena bensin.

Islam bukan agama yang ingin menyusahkan umatnya. Jika hukum dibuat terlalu ketat tanpa melihat situasi, maka banyak yang akan kesulitan menjalankannya. Oleh karena itu, fleksibilitas dalam hukum Islam tetap ada, tetapi dengan syarat: kontrol diri.

Grebek Bibir di Era Digital: Tantangan Baru

Dulu, tantangan puasa hanya sebatas menahan lapar, haus, dan menjaga pandangan dari hal-hal yang tidak baik. Sekarang? Godaan justru datang dari layar ponsel! Dengan adanya media sosial, pasangan suami-istri bisa saling kirim pesan mesra, emoji hati, bahkan video call dengan tatapan penuh makna ehemm. Jadi, meskipun tidak bertemu langsung, “grebek bibir virtual” bisa menjadi tantangan tersendiri.

Loading

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar