Oleh: Muhammad Lutfan Sofa, Pembina Tahfidz Al-Quran Pesantren Makrifatul Ilmi
Cyber Pesantren | Ramadhan 1446 Hijriah disepuluh hari terakhir. Lazimnya, umat Islam semakin giat beribadah pada malam-malam ini, terutama pada malam-malam ganjil. Mereka berharap dapat meraih kemuliaan malam istimewa yang disebut Lailatul Qadar.
Semangat ini bukan tanpa alasan. Dalam Al-Qur’an, Lailatul Qadar disebut sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Artinya, setiap amal ibadah yang dilakukan pada malam ini akan dilipatgandakan pahalanya dibanding malam-malam lainnya.
Namun, tidak ada kepastian mengenai kapan tepatnya Lailatul Qadar terjadi. Al-Qur’an maupun hadis tidak menyebutkan tanggal pastinya. Ketidakpastian ini mengandung hikmah, salah satunya agar umat Islam tetap tekun beribadah sepanjang Ramadhan tanpa hanya mengincar satu malam tertentu.
Petunjuk Rasulullah tentang Lailatul Qadar
Meskipun waktunya dirahasiakan, Rasulullah SAW memberikan petunjuk mengenai kapan datangnya Lailatul Qadar. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim, Rasulullah mengimbau umat Islam untuk mencari malam penuh berkah ini pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, terutama pada malam-malam ganjil.
Rasulullah sendiri meningkatkan intensitas ibadahnya pada sepuluh hari terakhir, bahkan membangunkan keluarganya untuk ikut serta dalam ibadah malam. Hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari Sayyidah Aisyah RA menyebutkan:
“Carilah Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.”
Para sahabat Nabi juga pernah mengalami pengalaman spiritual terkait Lailatul Qadar. Ibnu Umar RA mengaku pernah bermimpi—sebagaimana para sahabat lainnya—bahwa Lailatul Qadar terjadi pada tujuh malam terakhir bulan Ramadhan.
Kaidah Imam Al-Ghazali dalam Menentukan Lailatul Qadar
Berdasarkan berbagai riwayat, para ulama mencoba meneliti dan merumuskan pengalaman mereka dalam menemukan Lailatul Qadar. Imam Abu Hamid Al-Ghazali (450 H – 505 H) dan Imam Abul Hasan As-Syadzili adalah di antara ulama yang berpendapat bahwa ada pola tertentu dalam menentukan malam Lailatul Qadar.
Menurut kitab Fathul Qarib, Hasyiyah Al-Bajuri, dan Fathul Muin beserta ‘Ianatut Thalibin, Imam Asy-Syafi’i menyatakan bahwa Lailatul Qadar terjadi pada sepuluh malam terakhir Ramadhan, terutama pada malam-malam ganjil. Yang paling diharapkan adalah malam ke-21 atau ke-23 Ramadhan.
Ada dua versi kaidah yang berkembang dalam tradisi keilmuan Islam terkait prediksi Lailatul Qadar berdasarkan hari pertama Ramadhan:
Versi Pertama (Menurut I’anatut Thalibin dan Hasyiyah Al-Jamal)
- Jika 1 Ramadhan jatuh pada Ahad atau Rabu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-29.
- Jika jatuh pada Senin, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-21.
- Jika jatuh pada Selasa atau Jumat, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27.
- Jika jatuh pada Kamis, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-25.
- Jika jatuh pada Sabtu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-23.
Kaidah ini mendapat dukungan dari Syekh Abul Hasan As-Syadzili, yang mengatakan:
“Sejak saya baligh, Lailatul Qadar tidak pernah meleset dari kaidah ini.”
Versi Kedua (Menurut Hasyiyah Al-Bajuri)
- Jika awal Ramadhan jatuh pada Jumat, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-29.
- Jika jatuh pada Sabtu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-21.
- Jika jatuh pada Ahad, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27.
- Jika jatuh pada Senin, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-29.
- Jika jatuh pada Selasa, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-25.
- Jika jatuh pada Rabu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27.
- Jika jatuh pada Kamis, maka Lailatul Qadar jatuh pada salah satu malam ganjil di sepuluh hari terakhir.
Mencari Lailatul Qadar dengan Ibadah yang Tekun
Meskipun ada berbagai kaidah dalam memperkirakan waktu Lailatul Qadar, para ulama tetap menganjurkan agar umat Islam tidak hanya beribadah pada malam tertentu saja, melainkan berusaha mencarinya di setiap malam ganjil pada sepuluh hari terakhir Ramadhan.
Amalan yang Dianjurkan pada Lailatul Qadar
Rasulullah SAW memberi teladan dalam meningkatkan ibadah selama sepuluh hari terakhir Ramadhan. Bentuk ibadah yang dapat dilakukan meliputi:
✔ Shalat malam (qiyamul lail)
✔ Membaca Al-Qur’an
✔ Mengikuti majelis ilmu
✔ Berdzikir dan berdoa
Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar menyebutkan bahwa bacaan dzikir yang sangat dianjurkan di malam Lailatul Qadar adalah doa yang diriwayatkan dalam hadits sahih dari Sayyidah Aisyah RA:
“Wahai Rasulullah, jika aku mengetahui malam Lailatul Qadar, apa yang sebaiknya aku baca?”
Rasulullah SAW menjawab:
اللَّهُمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ العَفْوَ فاعْفُ عَنِّي
Allâhumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa‘fu ‘anni
(Wahai Allah, Engkau Maha Pengampun, menyukai pengampunan, maka ampunilah aku).
Imam Asy-Syafi’i menyarankan agar doa ini tidak hanya dibaca pada malam hari, tetapi juga diperbanyak pada siang hari.
Lailatul Qadar adalah malam penuh berkah yang lebih baik dari seribu bulan. Walaupun tidak diketahui dengan pasti kapan malam ini terjadi, Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk mencarinya di sepuluh malam terakhir Ramadhan, terutama pada malam-malam ganjil.
Terlepas dari berbagai kaidah yang berusaha menerka kapan Lailatul Qadar tiba, hal terpenting adalah memperbanyak ibadah dan amal saleh di sepanjang bulan Ramadhan. Dengan demikian, kita memiliki peluang lebih besar untuk meraih keberkahan Lailatul Qadar. []
1 Komentar